Rekan Wiji Abdillah: Dari Teras Masjid Menuju Nahkoda Baru PAC IPNU Demak Kota 2025–2027
Demak Kota, Jendela Pelajar
Dalam setiap perjalanan perjuangan, selalu ada tokoh yang melangkah bukan karena ambisi, melainkan karena panggilan khidmat. Sosok itu kini hadir dalam pribadi Rekan Wiji Abdillah, pemuda kelahiran Palopo, 25 Agustus 2000, yang resmi memimpin Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU Kecamatan Demak Kota untuk masa khidmat 2025–2027.
Masa muda Wiji dilalui dengan tekun dan penuh semangat belajar. Ia menempuh pendidikan menengah di SMK Sultan Fattah Demak, mengambil jurusan Akuntansi pada tahun 2015 hingga lulus tahun 2018. Latar belakang pendidikan ini menjadi bekal awal dalam berpikir terstruktur, rapi, dan penuh perhitungan.
Perjalanan akademiknya berlanjut di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Semarang, di mana ia menempuh studi Manajemen dan Bisnis pada Fakultas Ekonomi. Di kampus ini pula, jiwa organisasinya tumbuh subur. Ia aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJM) dan bahkan dipercaya menjabat sebagai Ketua Divisi Komunikasi dan Informasi di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Unwahas periode 2020–2021.
Menariknya, pengenalan Wiji terhadap IPNU tidak terjadi melalui acara formal di sekolah, melainkan bermula dari pelajaran Aswaja di madrasah diniyah saat ia masih remaja. Namun, itu belum membekas. Ia hanya mengetahui IPNU sekilas sebagai bagian dari materi pelajaran.
Segalanya berubah ketika pada usia 16 tahun, ia aktif dalam organisasi remaja masjid bernama IRMAB (Ikatan Remaja Masjid) di desanya, Mulyorejo. Hingga pada suatu malam Muharram saat ia berusia 18 tahun, usai kegiatan santunan di masjid, datanglah sosok yang membuka pintu gerbang barunya dalam berkhidmat.
“Waktu itu Bu Hj. Siti, istri dari almarhum H. Aslori Abbas, tokoh Muslimat dan Fatayat NU di desa kami, meminta para pemuda berkumpul di teras masjid. Saya kira ada acara tambahan. Ternyata, di situ ada rekan-rekanita dari PAC IPNU-IPPNU yang datang mensosialisasikan organisasi,” kisah Wiji kepada tim Jendela Pelajar.
Malam itu, menjadi momen yang membekas. Ia mulai memahami bahwa IPNU dan IPPNU bukan hanya organisasi biasa, tapi gerakan kaderisasi pelajar NU yang memiliki nilai ideologis dan pengabdian tinggi.
Tak berselang lama, tahun 2018, IPNU dan IPPNU Desa Mulyorejo resmi dibentuk. Wiji dipercaya menjadi Ketua IPNU Ranting Mulyorejo, didampingi oleh Rekanita Widia sebagai Ketua IPPNU. Bersama, mereka membangun gerakan dari nol, merekrut anggota dari berbagai sudut desa hingga terkumpul 36 anggota aktif, 15 dari IPNU dan 21 dari IPPNU.
Periode kepemimpinan Wiji di ranting itu berlangsung selama dua tahun. Namun, panggilan khidmat tak berhenti sampai di sana. Pada tahun 2021, ia ditarik untuk terlibat di level kecamatan. Ajakan itu datang dari Mas Taufik Tempuran, seorang tokoh IPNU Demak yang melihat potensi besar dalam diri Wiji.
“Waktu itu saya memang lagi gila-gilanya organisasi. Jadi pas diajak gabung ke PAC IPNU Demak Kota, saya langsung setuju,” kenangnya.
Dalam struktur PAC waktu itu, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Jaringan Sekolah dan Pesantren (JSP). Dari sinilah, Wiji mulai mengenal dinamika organisasi di level kecamatan, membentuk ranting, mengawal komisariat, dan menjalin relasi antar kader.
Perjalanan panjang dan konsistensi dalam berkhidmat membuat nama Wiji semakin dikenal di kalangan kader IPNU Demak Kota. Hingga pada Konferensi Anak Cabang IPNU Demak Kota yang digelar pada Ahad, 4 Mei 2025, muncul fakta menarik: tidak ada kandidat kuat yang bersedia maju. Situasi ini membuat para kader mengusulkan nama Wiji sebagai kandidat, dan akhirnya, secara mufakat ia terpilih sebagai Ketua PAC IPNU Demak Kota 2025–2027.
Dalam wawancaranya yang penuh ketulusan, Wiji berkata: “Sebenarnya saya nggak terpikirkan bisa dipilih. Tapi karena ini amanah dari rekan-rekan, saya harus menerima dan menjalankan dengan tanggung jawab. Saya berharap kepemimpinan ini menjadi awal dari kebangkitan IPNU Demak Kota, yang kemarin sempat terhenti sesaat.”
Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan gotong royong. Menurutnya, tidak ada keberhasilan tanpa kerja sama tim. Ia pun menutup sambutannya dengan mengutip pesan KH. Hasyim Asy’ari, “Barang siapa yang mau berkhidmat untuk NU, maka ia adalah santriku.”
Di bawah kepemimpinan Wiji, para kader menaruh harapan besar. Ia dikenal sebagai sosok yang sederhana, komunikatif, dan memiliki semangat kaderisasi yang kuat. Bukan hanya membangun struktur organisasi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kekeluargaan dan spiritualitas di kalangan pelajar NU.
“Kalau ditanya prosesnya panjang banget. Mau cerita semua, bisa berepisode-episode. Mending kita ngopi aja,” selorohnya sambil tertawa.
Wiji Abdillah bukan hanya pemimpin struktural, tapi juga representasi dari semangat kader muda NU yang tumbuh dari bawah. Ia membuktikan bahwa kepemimpinan bukan soal popularitas, tapi soal kesiapan menerima amanah.
Kini, tongkat estafet PAC IPNU Demak Kota berada di tangannya. Dan seperti pesan beliau dalam penutup wawancaranya:
“Mari kita bersama-sama kembali menghijaukan Kecamatan Demak Kota. Karena IPNU bukan hanya tempat belajar organisasi, tapi juga rumah bagi kita para pelajar NU untuk berjuang, bertumbuh, dan mengabdi.” (Msm/Red)