Ribuan Warga Ikuti Tradisi Kirab Grebek Suro Kasepuhan Girikusumo
Girikusumo, jendelapelajar.or.id
Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang rute kirab dalam perhelatan Grebeg Suro Girikusumo yang digelar pada Kamis (26/6). Kegiatan yang diprakarsai oleh Pemerintah Desa Banyumeneng, Mranggen, bersama Yayasan Kyai Ageng Giri Pondok Pesantren Girikusumo ini kembali memukau masyarakat sekaligus menjadi daya tarik wisata religi tahunan di Kabupaten Demak.
Sejak pagi, warga dan wisatawan memadati kawasan sekitar Masjid Ageng Girikusumo Bait Al Salam hingga Masjid Baitul Mustofa, menanti arak-arakan kirab pusaka yang menjadi inti acara. Tidak sekadar pawai biasa, Grebeg Suro Girikusumo adalah simbol perayaan budaya dan syukur masyarakat menyambut tahun baru Hijriyah.
Acara yang telah berlangsung rutin sejak 2014 ini menampilkan kirab pusaka peninggalan leluhur pesantren berupa jubah kasepuhan, simbol warisan spiritual perjuangan penyebaran Islam di wilayah Girikusumo. “Kirab pusaka ini adalah bagian dari tradisi mapak warso, yaitu menyambut datangnya tahun baru hijriyah dengan penuh syukur dan harap,” jelas Munhamir, pengatur jalannya prosesi.
Arak-arakan semakin semarak dengan hadirnya empat gunungan, satu tumpeng, serta 40 kendi air tirto wening yang turut dikirab. Air dari Sumur Kesuwen yang disimpan dalam kendi tersebut diyakini membawa berkah keselamatan, kesehatan, dan kemakmuran bagi warga yang menyambutnya dengan penuh antusias.
“Air ini tidak sekadar air biasa. Ada keyakinan kuat di masyarakat bahwa air Sumur Kesuwen memiliki nilai spiritual tinggi untuk keberkahan sepanjang tahun,” tutur Moon Hamil, salah satu tokoh masyarakat.
Gunungan dan tumpeng menjadi daya tarik tersendiri dalam kirab. Usai prosesi doa bersama para tokoh agama, kedua simbol syukur ini diperebutkan warga sebagai bentuk pengharapan akan limpahan rezeki dan keselamatan dari Allah SWT. Meski setiap tahun digelar dengan tata cara yang sama sesuai pakem turun-temurun, antusiasme dan kekhidmatan warga tetap menjadi keistimewaan yang tak ternilai.
Grebeg Suro Girikusumo bukan sekadar seremonial budaya, tetapi juga menjadi momen sakral untuk menata hati, memperkuat nilai spiritual, dan meneguhkan kebersamaan. Di tengah arus modernisasi, tradisi ini tetap lestari sebagai penjaga nilai-nilai luhur budaya dan keislaman masyarakat Demak.
Sebagaimana disampaikan panitia, “Yang membuat Grebeg Suro istimewa bukan sekadar prosesi, tetapi semangat masyarakat dalam melestarikan warisan para ulama dan leluhur kita.”
Dengan konsistensi dan kekuatan kearifan lokal yang diusungnya, Grebeg Suro Girikusumo kian mengukuhkan dirinya sebagai bagian penting dari atraksi wisata religi dan budaya di Bumi Demak yang sarat sejarah.