Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Lewat Film Jumbo, Ada Pesan untuk Para Orang Tua


JENDELA PELAJAR
- Beberapa pekan terakhir, film animasi Jumbo menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat Indonesia. Bukan tanpa alasan, film ini berhasil mencetak rekor fantastis dengan menembus lebih dari 5 juta penonton, menjadikannya film animasi terlaris sepanjang masa se-Asia Tenggara. Sebuah pencapaian luar biasa bagi dunia perfilman Indonesia, khususnya di ranah animasi yang selama ini tertinggal dari industri global.

Sebagai karya anak bangsa, Jumbo layak diacungi jempol. Kualitas gambarnya memanjakan mata, alur ceritanya mengaduk-aduk emosi, dan pesan tentang keberanian serta persahabatan berhasil menyentuh hati banyak penonton, terutama anak-anak. Namun, di balik kekaguman itu, muncul juga suara kegelisahan, terutama dari kalangan orang tua muslim yang peka terhadap pendidikan akidah anak-anaknya.

Dalam Film Jumbo, tokoh utama bernama Don, seorang anak yang merasa tersisih, memulai petualangan ajaib setelah bertemu dengan sesosok hantu kecil dari dunia arwah. Hantu ini justru tampil ramah dan bersahabat, bahkan meminta bantuan Don untuk mencari roh kedua orang tuanya yang hilang.

Kisah ini memang terasa menyentuh dan penuh imajinasi. Namun bagi sebagian orang tua, muncul kekhawatiran yang cukup mendasar, apakah anak-anak mampu membedakan antara fantasi dan akidah?

Dalam Islam, kepercayaan terhadap hal ghaib merupakan bagian dari rukun iman. Namun, menggambarkan dunia arwah dengan visual yang imajinatif dan menjadikan hantu sebagai karakter baik dapat membuka ruang tafsir yang keliru, terutama bagi anak-anak yang masih dalam tahap membangun pola pikir.

Rasulullah ﷺ bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadits ini kita belajar bahwa orang tua memegang peran utama dalam membentuk akidah dan nilai-nilai anak. Tayangan yang terlihat ‘lucu’ dan ‘seru’ belum tentu aman secara spiritual. Apalagi jika anak menelan kisahnya mentah-mentah, menganggap bahwa berinteraksi dengan roh adalah hal wajar, bahkan menyenangkan.

Apakah ini berarti kita menolak kreativitas? Tentu tidak. Indonesia membutuhkan lebih banyak film animasi berkualitas tinggi seperti Jumbo. Tapi akan lebih indah jika karya tersebut juga sejalan dengan nilai-nilai yang meneguhkan tauhid. Bayangkan jika teknologi, seni, dan dakwah bisa bersatu dalam satu layar, maka kekuatannya tak hanya menghibur, tapi juga mendidik.

Pada akhirnya, sebesar apapun dampak film, peran terpenting tetap berada di tangan orang tua. Orang tua adalah guru pertama dan utama. Rumah adalah madrasah yang paling berpengaruh. Maka, jangan biarkan anak-anak menyerap semua tayangan tanpa arahan. Jadilah penonton aktif, dampingi, diskusikan, dan luruskan.

Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini menjadi pengingat kuat bahwa mendidik bukan sekadar tugas duniawi, tapi juga tanggung jawab akhirat. Maka, mari bersama-sama menjadi orang tua yang cerdas dan sadar. Saring sebelum sharing, damping sebelum menonton.

Film Jumbo bisa menjadi bahan belajar, bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga bagi para orang tua, tentang bagaimana menjaga fitrah anak dengan bijak, bahkan di tengah dunia hiburan yang kian kompleks.