Dampak Rob Terhadap Pendidikan, PC IPNU Demak Gelar Kopi Berjuta Sesion 10
Demak, jendelapelajar.or.id
Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Kabupaten Demak kembali menggelar forum diskusi Kopi Berjuta yang telah memasuki sesi ke-10. Acara berlangsung pada sabtu, 14 Juni 2025, Bertempat di Reinz CafĂ©, Demak, forum yang konsisten menjadi ruang dialog pelajar ini mengangkat tema menarik dan mendalam: “Dampak Rob dalam Dunia Pendidikan.”
Diskusi ini dipandu oleh Eki Kurnia Rahman, Direktur Kopi Berjuta, dan menghadirkan dua narasumber: Bapak Hasan Hamid, Wakil Sekretaris PCNU Demak sekaligus wartawan senior Suara Merdeka sejak tahun 2000, dan Gus Halimul Mufti Zain, tokoh muda NU yang kini aktif sebagai pengurus PRNU Sayung.
Dalam pemaparannya, Bapak Hasan Hamid memberikan sudut pandang tajam sebagai seorang jurnalis dan pengamat sosial. Ia menegaskan bahwa dirinya bukan pelaku pendidikan, bukan pembuat kebijakan, dan bukan masyarakat yang secara langsung terdampak. Namun, justru dari posisinya sebagai pengamat independen, beliau menyampaikan analisa kritis dan mendalam terkait fenomena rob dan abrasi yang makin memperparah kondisi pendidikan di pesisir Demak.
“Rob bukan bencana alam dalam perspektif kebijakan pemerintah. Karena itu, tidak bisa ditangani menggunakan dana darurat seperti halnya banjir bandang atau gempa. Maka, penanganannya menjadi lambat dan terkesan tidak prioritas,” ungkapnya.
Beliau juga menyoroti bagaimana abrasi dan rob kini telah merusak lebih dari 30 lembaga pendidikan yang tersebar mulai dari Sayung hingga Wedung. Abrasi, menurutnya, disebabkan banyak faktor, seperti alih fungsi lahan penghijauan pantai dan reklamasi wilayah Kota Semarang. Hal ini menyebabkan air laut mencari wilayah daratan yang lebih rendah, dan Demak, khususnya Sayung menjadi korbannya.
Beliau menggarisbawahi kondisi kritis wilayah Sayung yang terus dirundung rob. Ia menceritakan betapa masyarakat sudah hidup berdampingan dengan air yang tak kunjung surut, sementara sekolah-sekolah di sekitar pesisir kini tinggal cerita.
Beliau juga mengungkap bahwa upaya penanganan selama ini tidak maksimal. Masyarakat masih kurang sadar dalam menjaga lingkungan, sementara pemerintah daerah terkesan lamban. Upaya dari NGO pun masih parsial dan tidak terkoordinasi secara menyeluruh.
Salah satu contoh inovatif pernah datang dari PWNU Jawa Tengah yang menginisiasi Madin Apung, yakni bentuk pendidikan alternatif untuk menggantikan madrasah yang hancur akibat rob. Sayangnya, inisiatif tersebut tidak diperluas secara sistematis.
Kopi Berjuta session 10 ini tidak sekadar menjadi ruang intelektual, namun juga menjadi panggilan moral. Peserta forum yang didominasi pelajar dan kader muda NU, menunjukkan antusiasme tinggi terhadap diskusi ini. Banyak dari mereka merasa tergugah dan mulai mempertanyakan, "Jika pendidikan di Sayung saja tak bisa terselamatkan, bagaimana nasib generasi berikutnya?"
Melalui forum ini, PC IPNU Demak berharap bisa menyuarakan isu-isu krusial yang selama ini luput dari perhatian publik. Rob dan abrasi bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga menyentuh langsung urat nadi pembangunan daerah, yaitu pendidikan.